Ikan nila
merupakan salah satu
komoditas perikanan yang memiliki
kandungan protein tinggi dibandingkan ikan mas
dan belut. Selain
mudah dibudidayakan, ikan
nila sudah cukup dikenal
di kalangan masyarakat
luas. Daging yang tebal dan tidak terlalu banyak duri menjadi salah satu
alasan masyarakat gemar mengkonsumsi ikan
nila. Salah satu upaya
untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi protein adalah dengan meningkatkan
konsumsi ikan, dimana
ikan nila merupakan salah
satu jenis ikan
yang sering dikomsumsi oleh
masyarakat. Ikan nila
juga dikenal sebagai sumber
protein yang memiliki
kandungan protein lebih banyak dibandingkan
dengan daging atau
tahu dan tempe. Ikan juga dinilai
memiliki gizi penting lainnya. [3]Hasil
survey konsumsi makanan
masyarakat Indonesia oleh Badan
Pusat Statistik (BPS),
ikan menempati peringkat keempat
setelah makanan dan
minuman jadi, rokok, dan
padi-padian. Lebih dalam
lagi, dibandingkan dengan daging
dan telur, konsumsi
ikan jauh lebih
tinggi, rata-rata per kapita
sebulan sebesar Rp
35.110,-Rp 27.912,-dan Rp 21.157,-masing-masing untuk ikan, telur
dan daging. Hal
ini membuktikan bahwa
untuk lauk, masyarakat Indonesia
lebih gemar ikan
daripada lauk lainnya. Hal
ini didukung oleh
tingkat kebutuhan ikan nasional, data
dari BPS tahun
2017 menyebutkan bahwa kebutuhan
produksi ikan nasional
sebesar 10.38 juta
ton (Kelautan dan Perikanan). [4]Telah dilakukan beberapa diantaranya
penelitian tentang pengolahan citra digital. Penelitian oleh Sari dan Haryanto
(2016), yang membahas
penentuan sebuah kualitas
pada ikan-ikan bandeng dengan
algoritma Naïve Bayes
dimana data yang dipakai
120 data dan
akurasi 80%. [5]Selanjutnya penelitian
rindengan dan Mananohas
(2017) dengan membahas
penentuan tingkat kesegaran
ikan dengan metode curve
fitting berbasis citra
digital mata ikan dengan
menggunakan 100 data
dan mendapatkan akurasi 83%.